Share | Tweet |
|
SEBELAS tahun menjalani hidup tanpa tangan dan kaki, tak menjadikan Muhamad Wahyono (11) alias Mamad harus berkeluh kesah. Dirinya pun tidak pernah nggresula atau meratapi takdir hidupnya, apalagi harus ‘menggugat’ kepada Sang Pencipta. Baginya, sepahit apapun nasib yang disandangnya harus diterima dengan ikhlas dan tawakal.
Bocah yang sehari-hari menempati rumah sederhana di Dusun Kebon Agung, Kumbangan, Blado, Batang, Jateng ini tetap merasa bisa hidup bahagia dengan caranya sendiri. Kedua orangtuanya, Darsono (70) - Ny Suwarni (56) senantiasa memberikan motivasi hidup dengan menekankan bahwa urip iku sing ngatur Gusti Allah. Kedua kakaknya, Sadiyah (19) dan Sayudi (19) juga tekun dan sabar mendampingi keseharian Mamad.
Mamad yang terkadang sekarang dipanggil sebagai ‘Tumenggung Buntung’ lahir pada 28 Februari 1998. Ibunya, Ny Suwarni sempat terperangah ketika mengetahui anaknya lahir tanpa tangan dan kaki. Tetapi ketika ingat salah satu ‘wisik’ dalam mimpinya, Ny Suwarni bisa legawa menerima karunia Allah.
Ny Suwarni bertutur saat dirinya mengandung, pernah dalam tidurnya bermimpi didatangi laki-laki tua.
Setelah melewati masa-masa yang cukup sulit, kini Mamad benar-benar bisa menjalani hidup sebagaimana anak-anak seusianya. Meski tidak menempuh pendidikan secara formal, kemampuannya di bidang baca tulis tetap tidak tertinggal. Bahkan, dalam urusan mengaji bisa dikatakan Mamad cukup mumpuni.
Mamad pun termasuk anak yang tidak gagap teknologi (gatek). Menggunakan lidah, Mamad mampu mengoperasikan handphone. Saat menelepon atau ditelepon, Mamad menekan tombol-tombol menggunakan lidah. Demikian pula ketika dirinya harus menerima dan mengirim short message service (SMS), ia juga mengandalkan lidah. Kehadiran Mamad di Yogyakarta pada Kamis (16/7) tidak lepas dari upaya Altar Ria Production Yogyakarta pimpinan Inung Nurzani SSos.
http://galeri17.blogspot.com/2009/07/hidup-tanpa-tangan-dan-kaki-mamad-kirim.html
0 comments:
Posting Komentar