Share | Tweet |
|
Sekitar 30 tahun lalu, tak ada yang menyangka Mike Lazaridis akan menjadi salah satu orang kaya dan berpengaruh di dunia. Ketika itu, dia memutuskan berhenti dari bangku kuliah. Namun, berbilang tahun, lewat produk telepon pintar atau smartphone ciptaannya, BlackBerry, kini dia mampu mengantarkan perusahaannya, Research In Motion (RIM), sebagai salah satu raksasa telekomunikasi. Kiprahnya kembali diuji lantaran RIM tengah bersaing ketat dengan Apple Inc.
Dunia kini tengah dijangkiti demam telepon pintar alias smartphone. Produk ini menjadi primadona baru bisnis telekomunikasi, menggeser peran telepon seluler yang dianggap sudah ketinggalan zaman. Kini, siapa yang tak kenal BlackBerry atau iPhone, dua produk smartphone yang tengah bersaing untuk merebut hati para konsumennya. Namun, tak banyak yang mengetahui perusahaan yang memprodusi BlackBerry, yaitu Research In Motion Limited (RIM). Apalagi, mengenal orang yang menciptakan sekaligus pendiri RIM, Mike Lazaridis. Padahal, dari tangan warga negara Kanada inilah produk tersebut lahir dan mengubah gaya hidup manusia di tengah zaman globalisasi ini.
BlackBerry adalah perangkat telepon genggam nirkabel (tanpa kabel) yang memiliki kemampuan telepon seluler sekaligus memiliki fasilitas e-mail, SMS, faksimili, dan penjelajah internet. Berbekal sistem dan teknologi servernya yang unik, pengguna BlackBerry dapat selalu terhubung dengan jaringan internet. Sehingga, penggunanya bisa berkomunikasi sekaligus menerima atau mengirim data di manapun.
Rasanya tak berlebihan pula menyandingkan nama Lazaridis dengan pemilik Microsoft, Bill Gates, dan pemilik jaringan sosial Facebook, Mark Zuckerberg. Sebab, tangan dingin mereka mampu melahirkan produk barn dalam waktu relatif singkat dan menjadi ikon gaya hidup manusia.
Sebenarnya, nama lengkapnya adalah Mihalis Lazaridis. Dia bukan asli Kanada. Pada 14 Maret 1961, pria yang akrab disapa Mike ini lahir di Istanbul, Turki. Kedua orangtuanya berasal dari Yunani. Pada usia lima tahun, orang tuanya membawa Mike pindah ke Kanada. Kepindahannya itu berkat program Istanbul Program, yang digelar sejak 1955. Yaitu, keseempatan bagi etnis minoritas Yunani di Istanbul untuk pindah dan menetap di Windsor, daerah di dekat Kota Ontario, Kanada. Tahun 1966, Mike dan keluarganya memulai kehidupan baru di Windsor. Sejak berusia belia, Mike sudah rajin membaca dan dikenal sebagai kutu buku. Aktivitasnya di sekolah dihabiskannya di ruangan perpustakaan. Tak mengherankan jika di usia 12 tahun, dia dianugerahi penghargaan Windsor Public Library. Pasalnya, dia telah melahap semua buku ilmu pengetahuan di perpustakaan tersebut.
Menginjak bangku sekolah menengah atas (SMA), minat Mike beralih ke alat dan barang elektronik. Minat tersebut menemukan penyalurannya. Guru-guru Mike di SMA adalah orang-orang pintar yang selalu bisa menjawab rasa keingintahuannya.
Mereka sudah membayangklan bahwa suatu saat nanti fungsi perangkat elektronik seperti telepon genggam, komputer, dan wireless bergabung jadi satu dalarn sebuah produk teknologi dalam setiap wawancara, Mike selalu mengatakan bahwa gurugurunya di SMA merupakan motivator terbaiknya.
Tahun 1979, Mike melanjutkan pendidikannya di University of Waterloo. Dia mengambil jurusan Electrical Engineering, dengan fokus pada ilmu komputer. Sembari kuliah, dia sudah terjun ke bidang wirausaha yang terkait dengan ilmu teknologi yang dipelajarinya. Fokus utamanya adalah teknologi nirkabel. Interaksinya dengan dosen-dosen dan aktivitas di laboratorium memberikan inspirasi baginya untuk menggabungkan teknologi komputer dengan jaringan nirkabel.
Aktivitasnya semakin padat dan bakat usahanya kian terasah setelah mendapat kontrak senilai 500.000 dollar AS dari General Motors (GM). Tugasnya adalah membangun displai kontrol jaringan komputer di raksasa otomotif itu.
0 comments:
Posting Komentar